NPM : 59413545
KELAS : 3IA21
MATA KULIAH : Desain Pemodelan Grafik
NAMA DOSEN : SYEFANI RAHMA DESKI
APA ITU KOMUNIKASI DESAIN VISUAL?
Desain Komunikasi Visual masih sangat asing terdengar di kalangan masyarakat
awam yang biasanya di identikan dengan tukang print atau tukang buat reklame
dan baliho. Sehingga bnayak orang memandang sebelah mata tentang dunia desain,
atau Desain Komunikasi Visual identik dengan iklan memang tidak salah
tentang pernyataan ini namun hal ini juga tidak benar sepenuhnya karena iklan
hanya salah satu sarana (media) yang dihasilkan oleh Desain Komuikasi Visual.
Sekarang
akan saya jelaskan lebih spesifik lagi tentang Desain Komunikasi Visual (DKV),
mari kita mulai dari definisi tentang DKV itu sendiri, ditinjau dari asal
kata (etimologi) istilah ini terdiri dari tiga kata, Desain diambil
dari kata “designo” (Itali) yang artinya gambar. Sedang dalam bahasa Inggris desain
diambil dari bahasa Latin (designare) yang artinya merencanakan atau merancang.
Dalam dunia seni rupa istilah desain dipadukan dengan reka bentuk, reka rupa,
rancangan atau sketsa ide.
Selanjutnya Komunikasi berarti
menyampaikan suatu pesan dari komunikator ( penyampai pesan ) kepada komunikan
(penerima pesan) melalui suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri
berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa Latin
“communis” yang berarti “sama” ( dalam Bahasa Inggris:common ). Kemudian
komunikasi kemudian dianggap sebagai proses menciptakan suatau kesamaan (
commonness ) atau suatau kesatuan pemikiran antara pengirim ( komunikator ) dan
penerima(komunikan ).
Sementara kata Visual bermakna
segala sesuatu yang dapat dilihat dan direspon oleh indera penglihatan kita
yaitu mata. Berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang kemudian
dimasukkan ke dalam bahasa Inggris visual.
Jadi Desain
Komunikasi Visual bisa dikatakan sebagai seni menyampaikan pesan (
arts of commmunication ) dengan menggunakan bahasa rupa ( visual language )
yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan,
mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang
ingin diwujudkan. Sedang Bahasa rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda,
simbol, ilustrasi gambar/foto,tipografi/huruf dan sebagainya.
A. Sejarah Desain Komunikasi Visual
Serasa
Kurang lengkap jika kita tidak mengulas sedikit tentang sejarah DKV,
Sejak jaman pra-sejarah manusia telah mengenal dan mempraktekkan komunikasi
visual. Bentuk komunikasi visual pada jaman ini antara lain adalah piktogram
yang digunakan untuk menceritakan kejadian sehari-hari pada Jaman Gua (Cave
Age), bentuk lain adalah hieroglyphics yang digunakan oleh bangsa Mesir.
Kemudian seiring dengan kemajuan jaman dan keahlian manusia, bentuk-bentuk ini
beralih ke tulisan, contohnya prasasti, buku, dan lain-lain.
Dengan perkembangan kreatifitas manusia, bentuk tulisanini berkembang lagi menjadi bentuk-bentuk yang
lebih menarik dan komunikatif, contohnya seni panggung dan drama; seperti
sendratari Ramayana, seni pewayangan yang masih menjadi alat komunikasi yang
sangat efektif hingga sekarang.
Sebagai suatu
profesi, Desain Komunikasi Visual baru berkembang sekitar tahun 1950-an.
Sebelum itu, jika seseorang hendak menyampaikan atau mempromosikan sesuatu
secara visual, maka ia harus menggunakan jasa dari bermacam-macam “seniman
spesialis”. Spesialis-spesialis ini antara lain adalah visualizers (seniman
visualisasi); typographers (penata huruf), yang merencanakan dan mengerjakan
teks secara detil dan memberi instruksi kepada percetakan; illustrators, yang
memproduksi diagram dan sketsa dan
lain-lain.
Dalam perkembangannya, desain komunikasi visual telah melengkapipekerjaan dari
agen periklanan dan tidak hanya mencakup periklanan, tetapi juga desain majalah
dan surat kabar yang menampilkan iklan tersebut.Desainer komunikasi visual
telah menjadi bagian dari kelompok dalam industri komunikasi – dunia
periklanan, penerbitan majalah dan surat kabar, pemasaran dan hubungan
masyarakat (public relations).
Desain Komunikasi Visual baru
populer di Indonesia pada tahun 1980-an yang dikenalkan oleh desainer grafis
asal Belanda bernama Gert
Dumbar. Karena menurutnya desain grafis tidak hanya mengurusi
cetak-mencetak saja. Namun juga mengurusi moving image, audio visual, display
dan pameran. Sehingga istilah desain grafis tidaklah cukup menampung
perkembangan yang kian luas. Maka dimunculkan istilah desain komunikasi visual
seperti yang kita kenal sekarang ini.
B. Perbedaan Desain Komunikasi Visual dan Seni
Murni
Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa
komunikasi visual berupa pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau
komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau
kelompok lainnya. Pesan dapat berupa informasi produk, jasa atau gagasan yang
disampaikan kepada target audience, dalam upaya peningkatan usaha penjualan,
peningkatan citra dan publikasi program pemerintah. Pada prinsipnya dkv adalah
perancangan untruk menyampaikan pola pikir dari penyampaian pesan kepada
penerima pesan, berupa bentuk visual yg komunikatif, efektif, efisien dan
tepat. terpola dan terpadu serta estetis, melalui media tertentu sehingga dapat
mengubah sikap positif sasaran. elemen desain komunikasi visual adalah gambar/
foto, huruf, warna dan tata letak dalam berbagai media. baik media cetak,
massa, elektronika maupun audio visual. akar bidang dkv adalah komunikasi
budaya, komunikasi sosial dan komunikasi ekonomi. Tidak seperti seniman yang
mementingkan ekspresi perasaan dalam dirinya, seorang desainer komunikasi
visual adalah penterjemah dalam komunikasi gagasan. Karena itulah dkv
mengajarkan berbagai bahasa visual yang dapat digunakan untuk menterjemahkan
pikiran dalam bentuk visual.
Selanjutnya kita akan
bahas perbedaanya terhadap Seni Murni. Seni
rupa murni merupakan hasil karya seni rupa yang dibuat atau diciptakan oleh
seorang seniman tanpa mempertimbangkan fungsinya melainkan semata – mata hanya
untuk dinikmati keindahannya saja. Seni rupa murni lebih mengedepankan
kebebasan dalam berekspresi sehingga seringkali kita jumpai hasil
karya yang mungkin berarti simbolik. Jika ditilik dari sudut pandang seni,
hasil karya seni rupa murni cenderung mengandung nilai estetika yang sangat
tinggi. Fungsi utama dari hasil karya tersebut semata – mata hanya sebagai
ornament keindahan saja tanpa bisa dipakai untuk kegiatan sehari – hari.
Contoh dari seni rupa murni antara lain adalah lukisan, seni grafis dan patung.
C. Elemen-elemen
Desain Komunikasi Visual
Elemen-elemen yang digunakan dalam
desain komunikasi visual antara lain adalah
A. ILUSTRASI
Ilustrasi adalah suatu bidang dari seni yang
berspesialisasi dalam penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari kamera atau fotografi(nonphotographic image) untuk visualisasi. Dengan
kata lain, ilustrasi yang dimaksudkan di sini adalah gambar yang dihasilkan
secara manual.
Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi menjadi tren dalam
Desain Komunikasi Visual. Banyak orang yang akhirnya menyadari bahwa ilustrasi
dapat juga menjadi elemen yang sangat kreatif dan fleksibel, dalam arti
ilustrasi dapat menjelaskan beberapa subjek yang tidak dapat dilakukan dengan fotografi, contohnya untuk menjelaskan informasi detil seperti
cara kerja fotosintesis.
Seorang
ilustrator seringkali mengalami kesulitan dalam usahanya untuk
mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan ilustrasi, tetapi jika ia berhasil,
maka dampak yang ditimbulkan umumnya sangat besar. Karena itu suatu ilustrasi
harus dapat menimbulkan respon atau emosi yang diharapkan dari pengamat yang
dituju. Ilustrasi umumnya lebih membawa emosi dan dapat bercerita banyak
dibandingkan dengan fotografi, hal ini dikarenakan sifat ilustrasi yang lebih
hidup, sedangkan sifat fotografi hanya berusaha untuk “merekam” momen sesaat.
Saat
ini ilustrasi lebih banyak digunakan dalam cerita anak-anak, yang biasanya bersifat
imajinatif. Contohnya ilustrasi yang harus menggambarkan seekor anjing yang
sedang berbicara atau anak burung yang sedang menangis karena kehilangan
induknya atau beberapa ekor kelinci yang sedang bermain-main.
Ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan harus dapat merangsang imajinasi anak-anak
yang melihat buku tersebut, karena umumnya mereka belum dapat membaca.
B. SIMBOLISME
Simbol
telah ada sejak adanya manusia, lebih dari 30.000 tahun yang lalu, saat manusia
prasejarah membuat tanda-tanda pada batu dan gambar-gambar pada dinding gua di
Altamira, Spanyol. Manusia pada jaman ini menggunakan simbol untuk mencatat apa
yang mereka lihat dan kejadian yang mereka alami sehari-hari.
Dewasa
ini peranan simbol sangatlah penting dan keberadaannya sangat tak terbatas
dalam kehidupan kita sehari-hari. Kemanapun kita pergi, kita akan menjumpai
simbol-simbol yang mengkomunikasikan pesan tanpa penggunaan kata-kata.
Tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, hotel, restoran, rumah sakit dan
bandar udara; semuanya menggunakan simbol yang komunikatif dengan orang banyak,
walaupun mereka tidak berbicara atau menggunakan bahasa yang sama.
Simbol
sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk menjembatani perbedaan
bahasa yang digunakan, contohnya sebagai komponen dari signing systems sebuah
pusat perbelanjaan. Untuk menginformasikan letak toilet, telepon umum,
restoran, pintu masuk dan keluar, dan lain-lain digunakan simbol.
Bentuk yang lebih kompleks dari simbol adalah logo. Logo adalah
identifikasi dari sebuah perusahaan, karena itu suatu logo mempunyai
banyak persyaratan dan harus dapat mencerminkan perusahaan itu. Seorang
desainer harus mengerti tentang perusahaan itu, tujuan dan objektifnya, jenis
perusahaan dan image yang hendak ditampilkan dari perusahaan itu. Selain itu logo harus
bersifat unik, mudah diingat dan dimengerti oleh pengamat yang dituju.
C. FOTOGRAFI
Ada
dua bidang utama di mana seorang desainer banyak menggunakan elemen fotografi,
yaitu penerbitan (publishing) dan periklanan (advertising). Beberapa tugas dan
kemampuan yang diperlukan dalam kedua bidang ini hampir sama. Menurut Margaret
Donegan dari majalah GQ, dalam penerbitan (dalam hal ini majalah) lebih
diutamakan kemampuan untuk bercerita dengan baik dan kontak dengan pembaca;
sedangkan dalam periklanan (juga dalam majalah) lebih diutamakan kemampuan
untuk menjual produk yang diiklankan tersebut.
Kriteria seorang fotografer yang dibutuhkan oleh
sebuah penerbitan juga berbeda dengan periklanan. Dalam penerbitan, fotografer
yang dibutuhkan adalah mereka yang benar-benar kreatif dalam “bercerita”,
karena foto-foto yang mereka ambil haruslah
dapat “bercerita” dan menunjang berita yang diterbitkan. Sedangkan dalam
periklanan, fotografer yang dibutuhkan adalah mereka yang kreatif dan jeli,
serta mempunyai keahlian untuk bervisualisasi. Contohnya, jika sebuah penerbit
hendak menerbitkan berita tentang perampokan, maka fotografer harus berusaha
untuk mengambil foto-foto yang dapat menunjang berita tersebut, misalnya
suasana di sekitar tempat kejadian, korban, saksi mata dan lain-lain. Jika
sebuah perusahaan periklanan hendak mempromosikan suatu parfum wanita yang
berkesan anggun dan lembut, maka fotografer harus dapat mengambil foto-foto
yang menonjolkan keanggunan dan kelembutan dari parfum tersebut, misalnya
dengan latar belakang
kain sutra dengan warna–warna pastel yang berkesan lembut.
Fotografi sering
dipakai selain karena permintaan klien, juga karena lebih “representatif”.
Contohnya jika sebuah majalah yang memuat tentang wawancara dengan seorang
bintang sinetron yang sedang naik daun, maka akan digunakan foto dari bintang
itu untuk menunjang desain di samping isi berita itu sendiri. Contoh lain,
untuk menggambarkan sebuah tempat berlibur dalam sebuah brosur biro perjalanan,
jika menggunakan ilustrasi hasilnya tidak akan semenarik dibandingkan dengan
foto.
Fotografi
sangat efektif untuk mengesankan keberadaan suatu tempat, orang atau produk.
Sebuah foto mempunyai kekuasaan walaupun realita yang dilukiskan kadangkala
jauh dari keadaan yang sesungguhnya. Selain itu sebuah foto juga harus dapat
memberikan kejutan dan keinginan untuk bereksperimen, misalnya dalam hal
mencoba resep masakan yang baru atau tren berpakaian terbaru.
Selain elemen-elemen ini, seorang desainer perlu
mengerti tentang konsep dasar pemasaran dan hubungannya dengan visualisasi. Ia
juga perlu mempunyai kemampuan untuk bekerja dengan rapi
dan tepat. Ia juga perlu mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi (people
skills) untuk menghadapi klien, supplier, sub kontraktor, percetakan dan
lain-lain.
D. TYPOGRAFI
Tipografi adalah seni
menyusun huruf-huruf sehingga dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai metode untuk menerjemahkan
kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual). Fungsi bahasa visual ini
adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi melalui segala bentuk
media, mulai dari label pakaian, tanda-tanda lalu lintas, poster, buku, surat
kabar dan majalah. Karena itu pekerjaan seorang
tipografer (penata huruf) tidak dapat lepas dari semua aspek kehidupan
sehari-hari.
Menurut Nicholas Thirkell, seorang tipographer
terkenal, pekerjaan dalam tipografi dapat dibagi dalam dua bidang, tipografer dan
desainer huruf (type designer). Seorang tipografer berusaha untuk
mengkomunikasikan ide dan emosi dengan menggunakan bentuk huruf yang telah ada,
contohnya penggunaan bentuk Script untuk mengesankan keanggunan, keluwesan,
feminitas, dan lain-lain. Karena itu seorang tipografer harus mengerti
bagaimana orang berpikir dan bereaksi terhadap suatu image yang diungkapkan
oleh huruf-huruf. Pekerjaan seorang tipografer memerlukan sensitivitas dan
kemampuan untuk memperhatikan detil. Sedangkan seorang desainer huruf lebih
memfokuskan untuk mendesain bentuk huruf yang baru.
Saat
ini, banyak diantara kita yang telah terbiasa untuk melakukan visualisasi serta
membaca dan mengartikan suatu gambar atau image. Disinilah salah satu tugas
seorang tipografer untuk mengetahui dan memahami jenis huruf tertentu yang
dapat memperoleh reaksi dan emosi yang diharapkan dari pengamat yang dituju.
contoh dari penggunaan typografi yang benar sudah saya jelaskan sebelumnya.
Selain itu dalam
Typografi ada 2 hal yang sangat harus diperhatikan yaitu
1.
Legibility adalah tingkat kemudahan mata mengenali suatu tulisantanpa harus
bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh:
a.
Kerumitan desain huruf, seperti
penggunaan serif, kontras stroke, dan sebagainya.
b.
Penggunaan warna
c.
Frekuensi pengamat menemui huruf tersebut
dalam kehidupan sehari-hari
Legibility adalah
tampilan yang layak atau pantas dari dasar-dasar aturan dan kebiasaan dalam
semua detil/rincian yang tak terbatas dan menjadi dasar komunikasi tertulis.
2. Keterbacaan /
readability adalah tingkat kenyamanan suatu susunan huruf
saat dibaca, yang dipengaruhi oleh:
1.
Ukuran
2.
Pengaturan, termasuk di dalamnya alur, spasi, kerning,
perataan, dan sebagainya
4.
Jenis huruf
E. LAYOUT
Layout
menjadi elemen yang terakhir dan sangat penting, dimana kita dituntut untuk
bisa mengolah ruang kosong pada suatu bidang untuk dijadikan media desain yang
mudah dibaca dan agar tidak membuat si pembaca menjadi cepat lelah ketika
membaca/ melihat desain yang kita buat dikarenakan tata letak yang tidak
bagus (tidak nyaman dipandang) . hal yang mempengaruhi agar menjadi desain yang
baik dan benar (layout) ada beberapa faktor yaitu
1.
Keseimbangan
2.
Kesatuan
3.
Irama
4.
Tekanan
Sumber
:
http://www.itb.ac.id/directory/163
https://designideasdkv1.wordpress.com/2013/01/07/elemen-elemen-desain-komunikasi-visual/
lumayan mantap tulisannya kak, salam kenal
BalasHapusStisipol pahlawan 12
Jurnal Stisipol pahlawan 12