Tugas : Softskill (Ilmu Sosial Dasar)
Pelapisan Sosial dan Konflik Batin
PELAPISAN SOSIAL
Pengaruh
pelapisan sosial merupakan gejala umum yang dapat ditemukan di setiap
masyarakat pada segala zaman. Betapapun sederhananya suatu masyarakat gejala
ini pasti dijumpai. Pada sekitar 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menyatakan
bahwa di dalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya
sekali, mereka yang melarat dan mereka yang ada di tengah-tengah. Adam Smith
membagi masyarakat ke dalam tiga kategori yaitu orang-orang yang hidup dari
penyewaan tanah, orang-orang yang hidup dari upah kerja, dari keuntungan
perdagangan. Sedangkan Thorstein Veblen membagi masyarakat ke dalam dua
golongan yang pekerja, berjuang untuk mempertahankan hidup dan golongan yang
banyak mempunyai waktu luang karena kekayaannya. Pernyataan tiga tokoh di atas
membuktikan bahwa pada zaman ketika mereka hidup dan dapat diduga pula pada
zaman sebelumnya, orang-orang telah meyakini adanya sistem pelapisan dalam
masyarakat, yang didalam studi sosiologi disebut pelapisan. Sedangkan pelapisan
sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau para warga masyarakat ke
dalam kelas secara hierarkis (bertingkat). Perwujudan adanya kelas-kelas tinggi
dan kelas-kelas yang lebih rendah di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat
terdapat pelapisan sosial yang akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di
dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai demikian menurut Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya “Setangkai Bunga Sosiologi”,
sesuatu yang dihargai itu adalah uang atau benda-benda yang lain yang bernilai
ekonomis, politis, agamis, sosial maupun kultural.
Adanya kelas yang tinggi dan kelas yang rendah itu disebabkan karena di dalam masyarakat terdapat ketidakseimbangan atau ketimpangan (inequality) dalam pembagian sesuatu yang dihargai yang kemudian menjadi hak dan kewajiban yang dipikul dari warga masyarakat ada segolongan orang yang mendapatkan pembagian lebih besar dan ada pula mendapatkan pembagian lebih kecil, sedangkan yang mendapatkan lebih besar mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, yang mendapatkan lebih kecil menduduki pelapisan yang lebih rendah. Pelapisan mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama atau organisasi sosial.
Pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur dan tersusun biak secara perorangan maupun kelompok, setiap orang akan mempunyai situasi sosial (yang mendorong untuk mengambil posisi sosial tertentu.
Adanya kelas yang tinggi dan kelas yang rendah itu disebabkan karena di dalam masyarakat terdapat ketidakseimbangan atau ketimpangan (inequality) dalam pembagian sesuatu yang dihargai yang kemudian menjadi hak dan kewajiban yang dipikul dari warga masyarakat ada segolongan orang yang mendapatkan pembagian lebih besar dan ada pula mendapatkan pembagian lebih kecil, sedangkan yang mendapatkan lebih besar mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, yang mendapatkan lebih kecil menduduki pelapisan yang lebih rendah. Pelapisan mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama atau organisasi sosial.
Pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur dan tersusun biak secara perorangan maupun kelompok, setiap orang akan mempunyai situasi sosial (yang mendorong untuk mengambil posisi sosial tertentu.
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social
stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara
vertikal (bertingkat). Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A. Sorokinbahwa
pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya
lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada
lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata
sosial. P.J. Boumanmenggunakan istilah
tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan
manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak
istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Istilah stand juga
dipakai oleh Max Weber.
* Ciri –
Ciri Pelapisan Sosial:
a. Adanya kelompok berdasarkan jenis
kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban
b. Adanya kelompok-kelompok pemimpin
suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa
c. Adanya pemimpin yang saling
berpengaruh
d. Adanya orang-orang yang dikecilkan
diluar kasta dan orang yang diluar perlindungan hokum
e. Adanya pembagian kerja di dalam suku
itu sendiri
f. Adanya pembedaan standar ekonomi dan
didalam ketidaksamaan ekonomi itu
* Contoh Pelapisan Sosial:
a. Pada masyarakat kota
aspek kehidupan pekerjaan, ekonomi, atau social politik lebih banyak system pelapisannya dibandingkan dengan di
desa.
b. Pada masyarakat desa
kesenjangan (gap) antara klas eksterm dalam piramida social tidak terlalu
besar.
c. Pada masyarakat kota
antara klas eksterm yang kaya dan miskin cukup besar. Di daerah pedesaan
tingkatannya hanya kaya dan miskin saja.
d. Pada umumnya masyarakt
pedesaan cenderung berada pada klas menengah menurut ukuran desa, sebab orang
kaya dan orang miskin sering bergeser ke kota. Kepindahan orang miskin ini disebabkan
tidak mempunyai tanah, mencari pekerjaan ke kota atau ikut transmigrasi. Apa
yang dibutuhkan dan diinginkan dari golongan miskin ini sering desa tidak mampu
mengatasinya.
* Contoh Kesamaan Derajat:
a. Dalam lingkungan Berbangsa
dan Bernegara:
1) Dibentuknya lembaga peradilan
untuk menegakkan hukum dan keadilan.
2) Adanya kebebasan dan
pengakuan dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan dan penghidupan yang layak.
3) Pemerintah memberikan hak
dan kewajiban yang sama kepada warga negaranya.
b. Dalam lingkungan
Masyarakat :
1) Aktif dalam musyawarah, kerja
bakti dalam masyarakat.
2) Aktif dalam kegiatan
social di masyarakat.
KONFLIK BATIN
Hardjana (1994: 23) mengemukakan bahwa konflik terjadi manakala hubungan
antara dua orang atau dua kelompok, perbuatan yang satu berlawanan dengan
perbuatan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.
Konflik adalah percekcokan, perselisihan atau pertentangan. Dalam sastra,
diartikan bahwa konflik merupakan ketegangan atau pertentangan di dalam cerita
rekaan atau drama yakni pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam
diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh, dan sebagainya. Pengertian
konflik batin menurut Alwi, dkk. (2005: 587) adalah konflik yang disebabkan
oleh adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan
untuk mengusai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku. Selain itu, Irwanto
(dalam Fitriannie, 1997: 207) menyebutkan pengertian konflik adalah keadaan
munculnya dua atau lebih kebutuhan pada saat yang bersamaan. Pendapat lain
mengenai jenis konflik disebutkan oleh Kurt Lewin (1997: 213-216), bahwa
konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut.
- Konflik mendekat-mendekat (approach-aproach
conflict)
Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya
positif (menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk
memilih satu di antaranya.
- Konflik mendekat-menjauh (approach
-avoidance conflict)
Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang
berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang
lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan). Karena itu ada kebimbangan,
apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.
- Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance
conflict)
Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif
yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi. motif yang satu berarti
harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif. Umumnya, konflik dapat dikenali
karena beberapa ciri, yaitu 1) Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda
untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya
pribadi. 2) Konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang
atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan. 3) Konflik
dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa
juga berlangsung lama, berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
C.
Faktor-faktor Konflik Batin
Freud (dalam Kusumawati, 2003: 33) Menyatakan bahwa faktor-faktor yang
memegang peranan penting dalam beberapa gangguan batin antara lain: 1) teori
agresi, 2) teori kehilangan, 3) teori kepribadian, 4) teori kognitif, 5) teori
ketidakberdayaan, dan 6) teori perilaku.
1) Teori
Agresi
Teori agresi menunjukan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang
ditujukan kepada diri sendiri. Agresi yang diarahkan pada diri sendiri sebagai
bagain dari nafsu bawaan yang bersifat merusak. Untuk beberapa alasan tidak
secara langsung diarahkan pada objek yang nyata atau objek yang berhubungan
dengan perasaan berdosa atau bersalah. Prosesnya terjadi akibat kehilangan atau
perasaan terhadap objek yang sangat dicintai.
2) Teori
Kehilangan
Teori kehilangan merujuk pada perpisahan traumatik individu dengan benda
atau seseorang yang sebelumnya dapat memberikan rasa aman dan nyaman. Hal
penting dalam teori ini adalah kehilangan dan perpisahan sebagai faktor
predisposisi terjadinya depresi dalam kehidupan yang menjadi faktor pencetus
terjadinya stress.
3) Teori
Kepribadian
Teori kepribadian merupakan konsep diri yang negatif dan harga diri
rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor. Pandangan ini memfokuskan pada
varibel utama dari psikososial yaitu harga diri rendah.
4) Teori
Kognitif
Teori kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
didominasi oleh evaluasi negatif sesorang terhadap dirinya sendiri, dunia
seseorang dan masa depannya. Individu dapat berpikir tentang dirinya secara
negatif dan tidak mencoba memahami kemampuannya.
5) Teori
Ketidakberdayaan
Teori ketidakberdayaan menunjukkan bahwa konflik batin dapat menyebabkan
depresi dan keyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil
yang penting dalam kehidupannya, oleh karena itu ia mengulang respon yang
adaptif.
http://bintangmuhammad81.blogspot.com/2013/03/konflik-batin.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar